Minggu, 23 Oktober 2016

Sehari di Belanda

Siang itu cuaca sangat sejuk di Kota Leeds. Angin peralihan dari musim panas ke musim dingin mulai terasa menyapu wajah dan telapak tangan. Hari itu kami menaiki bus dari Leeds menuju Manchester dengan menempuh perjalanan kurang lebih dua jam. Ya, Euro trip kali itu kami mulai dari Manchester menuju Amsterdam. Kami menggunakan pesawat Flybee, maskapai kesayangan mahasiswa (you know why, hehe). Ini akan menjadi kali pertama saya menginjakkan kaki di daratan Eropa. Rasanya? excited :') Pada saat pertama kali berangkat ke Leeds, sebenarnya saya dan teman-teman transit di Amsterdam namun itu tidak bisa dibilang Euro trip karena kami sama sekali tidak keluar dari bandara. Hihi..
                                        
                                     Boarding pass Man - Ams

Pesawat dari Manchester ke Amsterdam terbang cukup rendah sehingga saya bisa leluasa melihat jejeran awan yang tak ubahnya seperti bongkahan gulali-gulali putih yang berarak dengan indah :) Tak lama kemudian, pesawat menurunkan ketinggian sehingga saya bisa melihat kanal-kanal dan atap-atap bangunan di Amsterdam dengan cukup jelas. Saat itu langit sudah mulai gelap, waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 dan jejeran awan putih yang tadi menghiasi sudah mulai berganti dengan gradasi warna biru tua dan jingga, ciri khas warna senja. Cantik sekali :)

Setelah mendarat di Amsterdam, kami bergegas menuju hostel karena hari sudah semakin larut malam. Setelah berkonsultasi dengan google map dan bertanya kepada mas-mas yang ada di bandara, akhirnya kami menemukan jalan menuju hostel. Ketika melihat di google map kami sempat heran karena disana terlihat arahan untuk menaiki transportasi semacam kapal fery. 

Ternyata benar, dari Amsterdam central, kami harus menaiki fery agar bisa menyeberang ke hostel yang berada di pulau sebelah. Penyebrangannya hanya 3 menit dan yang paling penting gratis, hehehe. Untung pas sampai hotelnya benar-benar kece, sama dengan di website. Jadi kami tak kecewa meski harus menyeberangi pulau lewat di lembah untuk sampai ke sana.
Antrian sebelum menaiki fery :D

Sesampainya di hostel, kami membuka bekal, makan malam, bersih-bersih kemudian istirahat.

                                                                         ***
Keesokan harinya, kami berjalan menyusuri kota Amsterdam. Berhubung kami hanya memiliki waktu satu hari, jadi kami memutuskan untuk mengunjungi tempat-tempat  yang "Belanda banget". Dari Leeds kami sudah menyepakati bahwa itinerary kami untuk hari itu adalah Zaanse Schans, Volendam dan terakhir Amsterdam. Beruntungnya, Sekar menemukan informasi on-day-pass tiket yang bisa digunakan untuk mengunjungi ketiga tempat tersebut. Voila, hanya dengan €13.5 kami sudah bisa mengunjungi ketiga tempat tersebut. Paket hemat banget yaaa? :))

Tiket ini berlaku untuk semua moda transportasi (bus, metro, tram) di Amsterdam dan bus di Zaanse Schans dan Volendam. Tiket tersebut bisa di dapatkan di toko souvenir berlogo I amsterdam di Amsterdam Central. Tiketnya sudah dilengkapi dengan  peta anti nyasar, hehe. Informasinya bisa di lihat di link www.iamsterdam.com 
Tiketnya udah kucel hihi

Destinasi pertama kami adalah Volendam dan tujuan utama kesana adalah untuk berfoto ala-ala none Belanda, hehe. Volendam adalah sebuah kota di timur laut Amsterdam yang terkenal dengan kota pesisir pantainya. Jam 7 pagi kami sudah check-out dari hostel dan menitipkan koper kami dirumah salah satu teman, Mas Whay. Niat hati hanya mau silaturahim dan nitip koper tapi ternyata disuruh sarapan, kemudian dibekali pula. Alhamdulillah, rezeki musafir. Hehe.. Pukul 10 pagi kami sudah sampai di Volendam. Saat sampai kami langsung mengunjungi tourist informationnya dan mengambil peta Volendam disana. Di tempat ini kami juga mendapatkan voucher gratis CD-R jika berfoto di studio foto yang bekerjasama dengan pusat informasi tersebut. Untuk berfoto disana, kita dikenakan biaya €10 untuk satu orang, dan  €15 untuk berdua. Biaya tersebut sudah termasuk kostum dan dua buah hasil cetakan photo ukuran 4x4. Harga anak sekolahan, hehe.

Kami memasuki studio photo dan ternyata di sana juga ada beberapa kelompok orang Indonesia yang sedang antri untuk berphoto. Tampaknya tak afdhol bagi orang Indonesia jika sudah datang ke Belanda namun tidak berphoto di sini, hehe. Buktinya di dinding studio photo tersebut juga ada beberapa wajah yang sangat familiar seperti Ibu Megawati, Aa’ Gym, dan juga beberapa artis Indonesia. Ohya, salah satu rombongan yang kami temui di studio photo ini adalah rombongan dari Pertamina. Rombongan para eksekutif tapi humble sekali. Rombongan ini akhirnya ikut bersama kami untuk melanjutkan perjalanan ke Zaanse Schans. Saya yang tadinya hanya berdua dengan Sekar akhirnya punya banyak teman untuk melanjutkan perjalanan :)

Photo none ala-ala


Sambil menunggu hasil photo jadi, kami berjalan menyusuri pertokoan di sisi pantai Volendam. Di sana ada banyak sekali toko yang menjual suvenir khas Belanda, jajanan khas Belanda seperti dutch pencake dan juga satu lagi yang tak kalah penting yaitu cheese factory yang berjual berbagai macam keju khas Belanda. Setalah berjalan sekitar 30 menit, kami pun kembali ke studio kemudian melanjutkan perjalanan kenuju Zaanse Schans, sebuah desa kecil yang terkenal dengan kincir anginnya.

Volendam and its sundae!

Perjalanan dari Volendam menuju Zaanse Schans memakan waktu sekitar 40 menit. Namun, untuk sampai ke Zaanse Schans kami harus kembali ke Amsterdam Central Di sana kami berjanji bertemu dengan Kak Nunu yang akan menjadi tour guide kami untuk perjalanan kami selanjutnya. Kak Nunu adalah teman satu angkatan kami di Persiapan Keberangkatan (PK) beasiswa LPDP, sama dengan Mas Whay. Setelah bertemu Kak Nunu di Amsterdam Central, kami melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Zaanse Schans. Di sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan indah khas desa-desa Belanda. Hamparan rerumputan hijau dan domba-domba putih membuat suasana pedesaan khas Eropa semakin terasa.

Sesampainya di Zaanse Schans kami disambut dengan jejeran rumah-rumah lucu berwarna hijau dengan berbagai bentuk kincir angin di sekitarnya. Kami seperti dibawa berjalan ke masa lalu, indah sekali. Kincir angin raksasa yang biasanya hanya saya lihat di google saat itu bisa saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri. MashaAllah :') And the perks of travelling with locals, perjalanan ke Zaanse Schans gak pakai nyasar atau tanya-tanya google map, hehee.

Gloomy Zaanse Schans

Beberapa jam berphoto dan berkeliling Zaanche Scans, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir, yaitu kota Amsterdam. Kami sampai di Amsterdam ketika lampu-lampu jalan sudah mulai di nyalakan. Segala lelah mengejar target destinasi pada hari itu seperti terbayar saat menyaksikan pantulan lampu-lampu jalan menyatu dengan kanal-kanal cantik di setiap sudut kota Amsterdam. Di kota ini, sisi jalan untuk pengendara sepeda hampir sama luasnya dengan sisi jalan untuk pengendara kendaraan bermotor. Para eksekutif muda tak segan mengayuh sepeda mereka dengan pakaian dinas lengkap dengan tas yang diletakkan di keranjang bagian depan sepeda, keren sekali!
Berjalan menyusuri kota ini seperti melihat bentuk ideal peradaban manusia di mana orang-orangnya punya kesadaran yang tinggi akan lingkungan dan kesehatan mereka. Malamnya, kami kembali ke kos-an Mas Whay dan ternyata sudah di siapkan makan malam. Terharu.. Jam 10 malam kami berangkat menuju bus station untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Paris. Kami sengaja memilih bus malam agar hemat biaya hotel, heheh. Cerita sehari di kota Paris InsyaAllah akan saya bahas di postingan selanjutnya yaaa :) 

Senja di Amsterdam

Ams typical building 
Semoga ada ibrah yang bisa di ambil dari perjalanan sehari di negara ini. Tentang transportasinya yang tertata rapi, tentang orang-orang kami temui selama perjalanan, Mas Whay yang sudah baik sekali menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam kami, Kak Nunu yang sangat sabar menemani kami menyusuri Zaanse Schans dan Amsterdam juga tentang rombongan Bapak Ibu Pertamina yang tidak malu gabung main dan jalan kaki dengan bocah seperti kami. Last but not least, tentang Kaka Cekal yang sudah sabar sekali photoin aku :'')

Bus menuju Paris
Terimakasih untuk semua cerita yang bisa dibawa pulang, Belanda. Semoga kelak bisa bertemu lagi, InsyaAllah. 

Next post, sehari di Paris. Mohon doanya biar nggak mager yaaaa, hihi.
Ps. some picts are credited to Sekar :))



Share:

10 komentar:

  1. Kak Chang... pertamo masih ingek samo junior di di SMA. eh mungkin pertamo masih bisa pakai bahaso minang?? mudah-mudahan masih bisa.

    Ingin tanyo kabar dulu, pengen komen soal posting-postingan kak di blog ko, tapi kalau kakak dak ingek jadi kurang ngefeel jadinya.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mahen masih ingek lah nyo. baa lo ka indak, hehehh..
      Baa kaba Mahen? :D

      Hapus
    2. Alhamdulilah baik kak.. Kak baa kabar kini t? masih di negeri orang kini tu kak?

      Asik yo kak... Bisa jalan-jalan berkualitas gitu.
      Lah slasai kuliahnyo kak??

      Hapus
    3. Alhamdulillah baik Mahen.. sekarang udah pulang, hehehe.

      Iyoo Alhamduillah lah salasai :))
      Kini dima Mahen?

      Hapus
    4. Ndra di Padang kini kak..

      Lanjut kerja di luar negri juo kak?? atau mengabdi di Indo??

      Hapus
    5. InsyaAllah mengabdi di Indonesia, Mahen. heheehe

      Hapus
  2. good, semoga ada artikel baru lagi, semangat nulis nya cha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi Azri. InsyaAllah lanjutannya segera di post..

      Hapus